Pergaulan Penyebab Berkembangnya Radikalisme

Mahfudz Ha-eR Semarang - Menjadi berita yang sangat populer dalam beberapa waktu akhir-akhir ini kita terbiasa dengan berita tentang radikalisme. Sudah banyak dimuat di berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Dimana berita tersebut sangat mengkhawatirkan seluruh aspek, dari kalangan masyarakat hingga pemerintah. Sangat ironis jika suatu aliran keagamaan yang seharusnya menjadikan seluruh aspek merasa aman dan sejahtera, justru menjadikan seluruh aspek merasa khawatir akan keberadaan aliran tersebut.
Pergaulan Penyebab Berkembangnya Radikalisme
Jika kita peduli akan ideologi dalam beragama, bermasyarakat dan bernegara. Kita dapat melihat sendiri banyak kejadian yang semakin mengkhawatirkan, seperti tidak adanya kepedulian terhadap kewajiban kepada Tuhan, anjuran dalam memiliki etika bermasyarakat, dan cinta tanah air. Bagaimana tidak mengkhawatirkan? jika kita seringkali melihat berita bom bunuh diri dan ledakan lainnya, pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, tawuran dan lain sebagainya di beberapa media massa.
Berbicara tentang media massa, kita bisa melihat sendiri suatu suguhan berbagai kejadian yang semakin hari semakin memprihatinkan. Dalam sehari saja, kita banyak disuguhkan berbagai peristiwa yang sering membuat khawatir, membuat sedih, menambah kewaspadaan, dan mengurangi rasa kenyamanan. Misalnya di sekolah atau tempat kerja, kita sering berbicara pandangan yang tidak baik terhadap teman sekolah atau rekan kerja. Sampai di rumah menonton televisi disuguhkan dengan berita kriminal dan gosip. Hingga malam hari jika melanjutkan untuk menonton televisi maka disuguhkan drama sinetron yang penuh dengan cerita menegangkan. Dimana drama tersebut lebih banyak terdapat pelajaran yang tidak baik. Dan jika kita mengalihkan ke media elektronik seperti media sosial banyak teman-teman yang ‘galau’ dan sebagainya. Dimana prestasi anak-anak Indonesia? Dimana prestasi pemerintah? Dimana prestasi teknologi, olimpiade, dan prestasi lainnya? Apakah di Indonesia tidak berlaku suatu media yang menyuguhkan sederet prestasi dan sejarah prestasi yang dicapai bangsa ini atau memang tidak punya prestasi? 
Banyak kejadian yang baik tentu saja banyak pula kejadian yang baik. Jika kita peduli akan beberapa prestasi dan rangkaian sejarah yang ada di Indonesia. kita harus bangga dengan bangsa ini, yang secara otomatis akan mengubah ‘mindset’ atau pemikiran kita menuju ke berbagai hal yang positif pula. Dalam pepatah jawa mengatakan, “wetting trisno jalaran soko kulino” yang berarti: bisa karena biasa (dalam hal melakukan) atau suka karena biasa (dalam hal menyikapi). Pepatah tersebut mengartikan jika kita sering melakukan sesuatu maka akan timbul rasa suka atau kemampuan untuk bisa. Hal itulah yang menjadikan kita lebih suka kepada hal-hal yang tidak baik karena pergaulan dan suguhan lainnya telah mengubah pola pikir kita. 
Lalu, apa hubungan antara gerakan radikal dengan pergaulan atau media massa kita sehari-hari? Gerakan radikal adalah gerakan yang dengan pemikiran kerasnya akan mengubah mindset kita dengan cepat. Jika kita tidak peduli akan ideologi beragama maka akan cepat sekali kita akan ‘dirasuki’ oleh hal-hal yang seharusnya kita mewaspadai tafsirannya terhadap kecintaan kita terhadap Tuhan. Ketidakpedulian kita akan sikap bersosial kepada manusia akan mengakibatkan cepatnya timbul rasa iri, dengki, dendam, dan lain sebagainya pada sesama manusia. Sangat terlihat jelas bahwa seluruh agama yang benar mengajarkan kita untuk selalu patuh pada Tuhan agar menjadi ketentraman dalam hati. Untuk menanamkan jiwa sosial dalam bermasyarakat agar menjadi suatu tatanan masyarakat yang aman dan nyaman yang semua itu akan berakibat pada suatu Negara yang makmur dan sejahtera. 
Selain itu, gerakan radikal juga mengajarkan kita untuk keras berfikir memikirkan diri sendiri dan golongan kita sendiri. Bahkan lebih ekstrim lagi mereka siap memusnahkan selain golongan mereka, seperti meledakkan bom yang bisa memusnahkan orang-orang, bangunan serta alam di sekitarnya. Bahkan mereka tidak peduli jika saat meledakkan bom mereka akan menghancurkan diri sendiri, keluarganya, temannya, sekeyakinannya dan negaranya sendiri. Padahal saat bom diledakkan orang-orang disekitarnya adalah seagama dan senegara. Mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan adalah suatu bentuk jihad pembelaan Islam yang berarti mati syahid karena telah memusnahkan orang-orang yang tidak beragama Islam, namun jika korban lainnya beragama Islam mereka juga menganggap bahwa orang tersebut juga mati syahid dalam keadaan Islam. 
Sungguh perbuatan tersebut adalah gambaran yang tidak mencintai dirinya dan akan membuat malu keluarga, masyarakat, dan Negara. Dan membuat malu serta menenggelamkan derajatnya adalah sikap durhaka terhadapnya. Rosulullah bersabda, “Hubbul Wathon minal Iman” yang artinya cinta tanah air sebagian dari iman, yang jika dibalikkan arti tersebut adalah tidak cinta tanah air sebagian dari tidak iman. Suatu hadits yang memberi pelajaran kepada kita agar cinta kepada tanah air dan tidak menghancurkannya. Padahal kita ketahui bersama hidup dalam Negara Indonesia yang kaya akan alamnya dan suku, bangsa, etnis, agama dan golongan lainnya. Dituliskan dengan jelas oleh para pahlawan yang menyelamatkan kita dari penjajahan. Mulai semboyan dalam pancasila yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang mengajarkan persatuan dalam perbedaan, hingga isi dalam pancasila mulai dari sila pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima yang semuanya mengajarkan bagaimana kita beragama, bersosial dan bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara. Mana balas jasa kepadanya?
Maka dari itu, kita sebagai manusia yang beragama, bermasyarakat dan bernegara harus sadar akan keadaan diri kita, masyarakat kita, dan tanah air. Kita sangat perlu untuk menanamkan ketaatan terhadap Tuhan, meneladani utusannya dan berterima kasih kepada pahlawan atas kemerdekaan. Sehingga dengan rasa tersebut kita memiliki benteng yang bisa melindungi diri kita dari gerakan radikal yang tidak bertanggung jawab yang akan merugikan orang-orang yang kita cintai, masyarakat, dan Negara kita.