Leadership Sesungguhnya: Memimpin Diri Sendiri

Bloge Mas Eng - Masih membahas tentang leadership, leadership yang sesungguhnya adalah memimpin diri sendiri. Selalu belajar bagaimana diri sendiri mampu untuk melakukan kontrol dan mengatur diri kita sendiri. Banyak orang bilang “memimpin diri sendiri adalah kunci untuk memimpin orang lain.” Oke, lalu apa dan bagaimana sebenarnya memimpin diri sendiri itu? 

Ada yang menarik dari beberapa pembahasan perihal memimpin diri sendiri, salah satu yang menarik Model Self Limited Company dari Pentti Sydänmaanlakka dalam artikel berjudul “What is Self-Leadership?” 

Model ini menggambarkan kita menjadi seorang pemimpin perusahaan yang harus mengendalikan 5 divisi utama diantaranya pikiran, tubuh, perasaan, pekerjaan, dan spiritual. 

1. Pikiran yaitu mampu mengendalikan pikiran untuk berpikir dengan baik, memiliki daya analisa dan ingatan yang baik, serta kreatifitas dan juga persepsi yang baik. 
2. Tubuh yaitu mampu menjaganya untuk tetap sehat dengan memperhatikan pola makan, rutinitas olahraga, istirahat dan relaksasi yang cukup. 
3. Perasaan yaitu mampu mengendalikan emosi, pola reaksi dan memiliki beberapa opsi terbaik terhadap setiap respon yang mempengaruhi emosi Anda. 
4. Pekerjaan yaitu selalu mengutamakan profesionalitas sesuai prosedur dan selalu mengutamakan hasil yang maksimal atau tanpa terbesit kata ‘yang penting selesai’. 
5. Spiritual yaitu memiliki nilai-nilai hidup, tujuan dan hasil akhir yang terjaga dalam koridor keyakinan dan kepercayaan. 

Layaknya perusahaan, kita harus memiliki prinsip tata kelola yang baik. Prinsip-prinsip dari Pentti Sydänmaanlakka yang sangat baik untuk diingat adalah: 

1. Visi Misi / Tujuan maksudnya kita harus memiliki tujuan hidup di masa depan. Peran apa yang akan diberikan serta manfaat apa yang akan dirasakan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. 
   
2. Fokus maksudnya dalam mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus memiliki prioritas hidup dan manajemen waktu yang baik. Skala prioritas juga diperlukan tatkala kita menyadari bahwa semua keinginan tidak terwujud secara bersamaan. Menjadikan diri sendiri sebagai tolak ukur akan lebih baik daripada menjadikan keberhasilan orang lain sebagai parameter, karena kita memiliki karakter tersendiri. 
3. Fleksibel adalah melatih diri sendiri untuk selalu belajar dan jangan puas terlalu dini, ingat “kamu bisa lebih dari kemampuanmu sekarang.” Kemudian latih spontanitas, inovatif dan mudah beradaptasi. 
4. Disiplin yaitu selain membuat keinginan kita cepat terwujud, kedisiplinan akan memperkuat komitmen bahwa jangan mudah dan jangan pernah menyerah. 
5. Percaya diri yakni tanpa keyakinan maka kita akan cepat mudah untuk menyerah, namun tetaplah rendah hati kepada siapapun karena kemampuan kita merupakan titipan anugerah yang harus disyukuri. 

Adanya kompromi (self excuse) dan tidak adanya hukuman (self punishment) terhadap diri sendiri juga menjadi faktor yang menjadikan kita selama ini merasa telah melakukan dengan sungguh-sungguh namun masih terasa jauh dari kata tercapai. Ternyata selama ini kita hanya mengikuti nafsu kita saja, dimana kita lebih reaktif daripada proaktif. Padahal untuk bisa memimpin diri sendiri Anda harus bisa membedakan mana diri Anda dan mana nafsu Anda. 

Mengelola Kursi 

Bapak Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul: “Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager,” mengutip: 

Setiap orang, merupakan pemilik sekaligus pengelola, pengamat sekaligus yang mengalami tubuh, pikiran dan emosinya. Hal ini dapat digambarkan sebagai sebuah kursi. Ketika Anda duduk di kursi itu (tubuh, pikiran dan emosi), Anda tidak dapat mengamati kursi itu secara keseluruhan, juga tidak dapat “mengatur” kursi itu.  
Sebaliknya, kursi itulah yang mengatur Anda! Untuk mengamati kursi itu, Anda harus berdiri dari kursi itu. Artinya, Anda harus meyakinkan bahwa Anda bukanlah kursi itu. Ketika Anda telah menyadari ini, dapat terpisah dari kursi itu, dan kemudian Anda dapat mengaturnya, memindahkan, dan memimpin kursi itu kearah yang diinginkan, dengan demikian Anda menjadi penguasa dan pemimpin kursi itu. 

Hal ini akan membuat orang tersebut dapat memfokuskan diri pada pengembangan dimensi fungsioner dirinya, yaitu menjaga agar tubuhnya sehat dan energik, membuat pikirannya lebih terbuka dan kreatif serta mencegahnya dari emosi negatif. Artinya, berusaha dan berprinsip pada pengelolaan diri juga harus dibarengi dengan mengendalikan nafsu. 

Di masa ini, banyak yang memiliki cara untuk mewujudkan hal itu, misalnya melakukan meditasi, yoga dan kontemplasi. Namun, alangkah baiknya jika kita mendekatkan diri pada Sang Pencipta misalnya mendirikan sholat, banyak dzikir, tafakur dan puasa. Lebih lanjut Pak Syafii Antonio mengatakan bahwa latihan tersebut tidak hanya merelaksasi, tetapi juga menimbulkan perasaan positif dan senang. Dengan cara tersebut, seseorang akan dapat mengfungsikan diri yang riang dan proaktif. 

Kembali kepada kesimpulan akhir bahwa memimpin diri sendiri harus tahu apa yang dipimpin, kita buat rencana, kita kelola, serta selalu berusaha untuk tidak lepas dari rahmat-Nya, sebab semua hal duniawi hanya bersifat sementara. 

Demikian ringkasan kali ini, semoga berkenan dan semoga kita bisa segera mempraktikkannya. 

~ berbagai sumber ~